Rami (Boehmeria nivea Gaud) merupakan tanaman yang memiliki potensi tinggi. Serat rami dapat diolah menjadi kain fashion berkualitas tinggi, karena memiliki karakter mirip dengan serat kapas. Rami juga memiliki ketahanan yang baik terhadap serangan bakteri, jamur, serangga dan pelapukan, stabilitas dimensi tinggi, serta ketahanan luntur warna yang baik terhadap sinar dan pencucian sehingga sangat diminati dalam perkembangan industri fashion berbahan serat Alami. Salah satu pelaku usaha yang mengembangkan serat rami adalah UKM Rabersa yang berasa di Desa Gandok yang terletak di Kabupaten Wonosobo.
Bekerjasama dengan UKM Rabersa tim pengabdian Politeknik Negeri Semarang (Polines) mengembangkan Teknologi Tepat Guna (TTG) berupa mesin panen rami dan penerapan manajemen supply chain melalui pendataan mumpuni berbasis teknologi internet of thing (IoT) sebagai upaya atau strategi untuk meningkatkan produktivitas serat rami pada UKM Rabersa yang berada di Desa Gandok, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
“UKM Rabersa merupakan salah satu penghasil serat rami yang beroperasi dari hulu ke hilir dimulai dari penanaman sampai produksi serat setengah jadi yang dapat digunakan untuk produk selanjutnya. Produksi serat rami di UKM Rabersa dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat sebagai mitra (metode supply chain),” kata dosen Jurusan Teknik Mesin sekaligus ketua tim pengabdian, Farika Tono Putri.
Tim pengabdian ini juga melibatkan dua dosen lainnya, yakni Ragil Tri Indrawati dan Rizkha Ajeng Rochmatika serta tiga orang mahasiswa sebagai wujud penerapan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
“Program kegiatan dimulai dari Juni hingga Desember 2023 dan bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi mitra serta meningkatkan daya produksi UKM,” kata Farika.
Lebih lanjut, Farika menyatakan bahwa pemilihan UKM Rabersa karena pengelolaan usaha rami yang dilakukan oleh Wibowo Ahmad tersebut selama ini masih dijalankan secara konvensional. Selain itu, pada sisi produksi, UMK ini juga dinilai tidak memiliki ketidakmampuan untuk meningkatkan produktivitas panen. Hal ini dikarenakan proses panen dilakukan menggunakan sistem konvensional, yakni tanpa bantuan TTG.
Pada aspek manajemen supply chain yaitu pengelolaan usaha juga belum menerapkan sistem pendataan secara digital dan accessible karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan UKM Rabersa yang masih terbatas dengan sistem konvensional.
“Untuk meningkatkan kemampuan produksi kami mengaplikasikan TTG berupa mesin panen rami. Mesin tersebut memiliki spesifikasi berupa mesin penggerak dengan menggunakan motor bensin 4 TAK dengan putaran penggerak 2400 RPM serta transmisi menggunakan fleksibel shaft dan pisau panen menggunakan tipe rotari 2 mata pisau,” kata Farika.
“Selain itu kami juga menciptakan sistem manajemen supply chain berbasis IoT melalui website yang dapat menghubungkan 555 mitra yang tersebar di 20 desa serta peningkatan pengetahuan mitra melalui pelatihan penggunaan teknologi mesin panen rami dan sistem manajemen supply chain,” pungkas Farika